Breaking News

Perang Rusia vs Ukraina Makin Sengit, Sikap Cina Jadi Sorotan.




Gi.com, Internasional - Pemerintah China menolak mengecam Rusia yang melakukan operasi militer terhadap Ukraina. Sikap China tersebut menjadi sorotan lantaran dinilai berbeda dari sejumlah negara yang mengutuk aksi Rusia.


Dilansir dari news.com.au, Jumat (25/2/2022), Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Hua Chunying, menolak untuk menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers pada Kamis (24/2) waktu setempat soal apakah China akan menyebut serangan Rusia terhadap Ukraina sebagai 'invasi'.


CNN juga melaporkan Hua Chunying menghindari lebih dari 11 pertanyaan soal serangan Rusia ke Ukraina dalam konferensi pers selama 90 menit. Dia tidak menjawab pertanyaan soal apakah China menganggap serangan Rusia itu melanggar integritas wilayah Ukraina.


Hua Chunying berulang kali menyerukan agar pihak-pihak terkait 'menahan diri'. Dia juga tampak berusaha mengalihkan kesalahan pada Amerika Serikat (AS) yang disebutnya telah menyulut api.


"AS yang telah menyulut api, mengobarkan api, bagaimana mereka ingin memadamkan api?" tanya Hua Chunying.


Dia mengatakan Rusia merupakan 'negara besar yang merdeka'. China, katanya, memantau secara saksama perkembangan situasi terkini.


"Apa yang Anda lihat hari ini bukanlah yang ingin kami lihat. Kami berharap semua pihak bisa kembali ke dialog dan negosiasi," cetus Hua Chunying.


Perintah China untuk Warganya di Ukraina


Kedutaan Besar China di Ukraina meminta warga negaranya di Ukraina memasang bendera China di kendaraan mereka saat hendak keluar rumah. Namun, warga China diimbau tetap berada di rumah selama serangan Rusia ke Ukraina.


"Bendera China dapat ditempelkan di tempat yang jelas di badan kendaraan," demikian imbauan Kedutaan China kepada setiap warga negaranya yang memutuskan untuk keluar di Ukraina seperti dilansir dari Reuters.


China awalnya belum meminta warganya meninggalkan Ukraina. Pihak Kedutaan hanya meminta warga negara China di Ukraina menyimpan sejumlah kebutuhan sehari-hari, seperti makanan hingga air minum.


Namun, situasi yang semakin memburuk membuat Kedubes China di Ukraina menyiapkan pesawat untuk mengevakuasi warganya dari Ukraina. Belum ada informasi detail kapan evakuasi akan dilakukan.


"Saat ini, situasi di Ukraina telah memburuk dengan cepat, dan warga negara kami serta perusahaan China di Ukraina menghadapi risiko tinggi terhadap keamanan mereka," kata kedutaan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari South China Morning Post.


China saat ini mengumpulkan informasi terkait warganya yang hendak meninggalkan Ukraina. Pendaftaran akan ditutup pada hari Minggu (27/2) mendatang. China menyebut ada sekitar 6.000 warganya yang berada di Ukraina.


"Kami telah memulai pendaftaran untuk mempersiapkan pengaturan penerbangan carter. Waktu penerbangan akan dikonfirmasikan sesuai dengan situasi keselamatan penerbangan, dan akan diberitahukan sebelumnya," demikian keterangan dari Kedubes China.


Sikap China Dikecam Australia


Sikap China yang ogah mengecam invasi Rusia ke Ukraina itu membuat geram Australia. Australia juga mengkritik keputusan China melonggarkan pembatasan ekspor dari Rusia yang kini tengah dihujani sanksi negara-negara Barat.


Seperti dilansir AFP, Jumat (25/2/2022), Perdana Menteri (PM) Scott Morrison menegaskan dunia harus bersatu untuk mengecam Rusia. Dia secara khusus menyuarakan keprihatinan terhadap 'kurangnya respons keras dari China'.


Bahkan pada Kamis (24/2) waktu setempat, pemerintah China justru mengumumkan bahwa pihaknya akan mengimpor lebih banyak gandum dari Rusia. Langkah tersebut jelas-jelas bertentangan dengan negara-negara Barat, yang kompak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan sekutu-sekutunya.


"Anda tidak bisa membantu Rusia di saat mereka menginvasi negara lain. Itu jelas tidak bisa diterima," tegas Morrison dalam pernyataannya.


Menurut data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Rusia memproduksi sekitar seperempat pasokan gandum dunia dengan nilai perdagangan mencapai miliaran dolar Amerika per tahun. Ukraina memproduksi 10 persen pasokan dunia dan ada kekhawatiran bahwa perang maupun sanksi akan menghambat produksi dan semakin menaikkan harga pangan global yang sudah tinggi.


China sebelumnya hanya mengizinkan impor gandum dari sejumlah wilayah di Rusia, dengan mengutip kekhawatiran penyakit. Kesepakatan untuk melonggarkan impor gandum dari Rusia diumumkan Otoritas Bea Cukai Umum China pada Kamis (24/2) waktu setempat, yang dilaporkan telah disepakati saat Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Beijing pada Februari ini.


Sumber : DetikNews. 

© Copyright 2024 - Gerbanginformasi.com